Kamis, 10 Juni 2010

VEKTOR PENYAKIT

A. Penyakit yang Berhubungan dengan Air
Penyakit yang berhubungan dengan air dikelompokkan menjadi 4 antara lain
1. Wate-Borne Disease (infeksi yang menyebar melalui air yang tercemar
mikoorganisme pathogen, sebagai contoh : Diare, Demam typoid pada
terutama Balita)
2. Water-Washed Disease (Penyakit karena minimnya Hygiene dan Sanitasi,
sebagai contoh : Ascariasis, Ankylostomiasis)
3. Water-Based Disease (Penyakit yang ditularkan melalui invertebrata air,
sebagai contoh : Schistosomiasis)
4. Water Related Vector-Borne Disease ( Penyakit yang ditularkan oleh insekta
yang perkembangbiakannya tergantung air, sebagai contoh : Malaria,
Onchocercariasis, demam Dengue).
Beberapa Alasan Masih tingginya prevalensi Water Related Disease :
1. Tidak cukupnya sanitasi (pembuangan sampah) dan penyediaan air bersih.
Jumlah air bersih tidak memadai maka personal hygiene juga kurang. Instalasi
sanitasi dan pembuangan sampah akan membaik jika tingkat perekonomian
meningkat termasuk system irigasi yang baik.
2. Rumah yang masih belum memenuhi syarat perumahan sehat dan minimnya
hygiene.
Perbaikan rumah dan kondisi hygiene dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan
pelatihan serta perubahan tingkat ekonomi. Misalnya pembangunan jamban,
termasuk penggunaan dan pemeliharaan.. Untuk menurunkan kontak agenmanusia
(misalnya Schistosomiasis), maka perlu perbaikan saluran air dan
tandon.. Pembangunan perumahan yang jauh dari tempat perindukan vector,
termasuk pemasangan kasa pada ventilasi.
3. Minimnya perawatan Kesehatan
Hal ini berkaitan dengan masalah ekonomi, manajemen dan teknik.
4. Manajemen Sumber Daya Air
Water based dan Water related disease penularannya dapat dicegah atau
diturunkan melalui teknik kesehatan lingkungan, modifikasi dan manipulasi
lingkungan. Teknik pengelolaan air (manajemen lingkungan penting), misalnya
system drainase, saluran air, pengerasan tepi saluran air, peninggian tanah dan
penimbunan, pengendalian kebocoran, perpipaan, disiplin dalam penggunaan air.
Promosi dan peningkatan ekonomi, karena tidak ada cara tunggal dalam
mengendalikan vector maka perlu pengendalian terintegrasi sehingga hsilnya dapat
permanen.
Sutopo Patria Jati 2
B. Pengendalain Terintegrasi
Merupakan perencanaan manajemen lingkungan, ditambah pengendalian
secara kimia maupun biologis. Tujuan Manajemen Lingkungan dalam pengendalain
vector adalah menurunkan kepadatan populasi sampai spesies target di bawah tingkat
penyebaran. Vektor akan menyebar dan jumlahnya meningkat jika tempat perindukan
mempunyai kondisi fisik, kimia, biologi yang sesuai. Dalam manajemen lingkungan
harus mengetahu ekologi vector, perkembangan populasi atau epidemiologi vector.
C. Air yang berhubungan Dengan Penyakit Karena Vektor
1. Water Based Disease
Infeksi oleh parasit oleh air atau tempat yang agak basah sebagai media hidup
host intermediate misalnya keong. Sebagai contoh Schistosomiasis, ada dua jenis
penyakit yang pertama menyeranga saluran usus dan yang kedua menyerang system
saluran kencing.
Agen adalah trematoda yang dewasa hidup di vena pada host, sebagain siklus
hidup adalah keong. Ynag menyerang usus adalah S mansoni, S japonicum, S
intercalatum. Penyebaran Afrika, Karibia, Amerika Selatan bagian barat dan timur.
Keong yang bertindak sebagai host intermediet adalah dari genus Biomphalaria untuk
S. mansoni dan genus Aoncomelania untuk S japonicum. S haemotobium terdapat
pada vena sekitar saluran kencing yang banyak terdapat di Afrika dan Timur Tengah
dengan host intermediet keong Bulinus. Semua genus keong tersebut berada di air
bersih, Onchomelania (sumpil) berada di air maupun agak basah.
Siklus Hidup
Manusia yang terinfeksi, telur yang mengandung larva keluar bersama tinja
maupun urin ke air, karena tekanan ostmotik air maka telur pecah dan larva
miracidium keluar dari telur. Kemudian larva miracidium masuk ke dalam keong (6-
24 jam). Dalam keoang membentuk sporocyt dalam waktu 4-8 minggu menjadi
cercaria dalam sporocyt keluar dari keoang dan berenang bebas dalam air selanjutnya
mencari host vertebrata (dalam waktu 24-48 jam) atau jika tidak akan mati.
S haemotobium dan S mansoni terdapat hanya pada manusia tetapi S
japonicum juga hidup dalam hewan domestik (kerbau, anjing, kucing, babi dan tikus)
kemudian masuk vena peripherial menjadi cercaria dan dewasa, setelah kawin antara
jantan dan betina hidup bersama (betina masuk ke dalam tubuh jantan).
Untuk memutus siklus hidupnya, kontak manusia dengan air dikurangi, tidak
ada feces atau urin penderita yang masuk ke dalam air, jumlah keong dikurangi,
pengobatan pada penderita.
Bionomik Keong Sebagai Host Intermediet
1. Faktor Fisik
Suhu 18-32 o C, yang dapat hidup baik pada suhu 26 o C. Tidak menyukai hidup di
air dengan kecepatan arus 0,7 meter/detik maupun aliran turbulen/bergelombang,
jarang ditemukan pada kedalaman lebih dari 1,5 meter. Sebagian spesies tahan
terhadap badan air yang dikeringkan, keong lain dapat bertahan dimana air hanya
ada selama 3 bulan per tahun. Onchomelania dapat hidup semi basah, keong ini
mudah beradaptasi pada system irigasi, sawah, khususnya saluran air dan kolam.
Sutopo Patria Jati 3
2. Faktor Biologis
Musuh alami sangat jarang, biasanya menempel pada tanaman yang rapat,
tanaman melindungi dari sinar matahari langsung dan arus air. Termasuk
Omnivora, suka makan material yang berada di akar tanaman. Rumput
memainkan peranan penting dalam proses penempelan telur keong ini.
3. Faktor Kimia
Keong tahan terhadap klorida, mineral dan garam, hidup pada pH 5-10. Air yang
mengandung barium, Nikel dan Zink dapat membunuhnya.
4. Faktor Air Terpolusi
Air dengan tercemar oleh feces atau material organic sangat disukai untuk
perkembangbiakan keong.
2. Water-Related Vector Borne Disease
Penularan oleh insekta pada tahap imatur dalam air
a. Mosquito-Borne Disease
Nyamuk merupakan binatang kosmopolitan, spesies lebih dari 300. Terdapat tiga
subfamily : Anopheline, Culicine dan Toxorhynchitinae (tidak masuk vector).
Nyamuk betina yang menghisap darah untuk perkembangan telurnya. Hanya
Vektor untuk penyakit malaria, Vektor Filariasis Brugia malayi dan vector
penyakit Japanesse echepalitis yang hidup pada saluran irigasi. Vector untuk
demam kuning dan DBD menyukai air yang berada ditempat lingkungan buatan
manusia di sekitar rumah, secara tidak langsung berkaitang dengan irigasi.
a.1. Malaria
Tingkat morbiditas dan mortalitas masih tinggi di daerah tropis dan
subtropics menyerang golongan umur muda, Biasanya infeksi berulang,
sosek rendah.
a.2. Filariasis
Disebabkan oleh cacing parasit yaitu filarial (nematoda). Cacing filarial
antara lain : W bancrofti, B malayi, B timori. W bancrofti distribusinya
luas terutama di negara-negara trropik. Vektornya adalah Culex
quinquefasciatus terdapat di kota dan pinggiran. Vektor lain adalah
Anopheles, mansonia, Aedes.
a.3. Japanesse Enchepalitis
Merupakan pneyakit akut dan fatal, termasuk dalam arbovirus. Vektor
sebagian besar Culex tritaenorhichus, C pseudofishmi, C gelides.
Penyebaran di Asia Selatan, Asia tenggara, China, Korea. Penyebaran baik
pada air sawah yang menggenang, dimana nyamuk tumbuh subur.
a.4. Yellow Fever
Akut dan fatal termasuk arbovirus, ditularkan A aegypti. Spesies :
haemophagus dan Sabethes (jungle yellow fever) di daerah Amerika dan
Aedes di Afrika.
Sutopo Patria Jati 4
a.5. Dengue Fever
Enampuluh negara tropis dan subtropics, acute fibrile disease. Tingkat
kematian rendah. Karakteristik : demam, nyeri sendi dan otot. Penular
adalah A aegypti. Kontainer merupakan tempat perindukan untuk
melanjutkan perkembangannya. DBD kematian tinggi pada anak-anak :
Asia Tenggara, Karibia. Tahap Imatur adalah : telur, larva, pupa yang
hidup dalam lingkungan air dan yang dewasa di daratan.
b. Siklus Hidup
Telur
Anopheline, bertelur secara terpisah dipermukaan air.lateral, Culicine (culex)
beberapa telur menjadi satu mengapung di air. Aedes, meletakkan telur terpisah
pada kontainer dan genangan setelah banjit atau hujan.
Larva
Menetas dalam awaktu 2-3 hari setelah kontak dengan air, sebagian Aedes
menetas dalam waktu kurang dari setenagh jam. Larva berganti kulit sebanyak
emapt kali, sebelum menjadi dewasa. Pupa larva (kepala, dada, perut), terdiri
8 segmen. Bernafas denagn organ di akhir tubuh (spiracles). Anopheles posisi
horizontal terhadap permukaan ait. Larva culicine, spiraclesnya treletak di akhir
organ tubular (siphon) yang merupakan perkembangan segmen perut nomor 8,
menggantung di permukaan air, siphjon dilekatkan bawah muka iar untuk
bernafas.
Pupa
Tidak makan dalam satu atau beberapa hari terjadi perubahan morfologi dan
fisiologi, transisi larva ke dewasa. Pupa sangat mobil dapat meyelam jika
diganggu. Pupa istirahat di permukaan, bernafas di permukaan dengan
menggunakan sepasang trompet pernafasan pada daerah dada.
Dewasa
Setelah 5-10 hari meletakkan telur, nyamuk idewasa beristirahat beberapa menit
di kulit ppupanya sambil memekarkan sayapnya sehingga cukup kuat untuk
terbang. Proboscisnya panjang dan masih lembut pada hari pertama setelah
keluar. Kedua jenis kelamin pada saat tersebut masih makan sari/cairan
tanaman. Betina makan darah, karena perkembangan telur tergantung darah.
c. Bionomik
Faktor iklim, memainkan peranan penting dalam penyebaran, perilaku daya tahan
dan kemampuan vector. Air merupakan media esensial, yang tenang maupun
mengalir, bersih maupun terpolusi, berasa ataupun tidak, teduk maupun tidak,
permanen maupun intermiten merupakan factor predominan perkembangan
naymuk. Pada tahap matur dan dewasa sangat tergantung lingkungan, dewasa
butuh air untuk meletakkan telur.
Faktor fisik, Faktor perkembangan tahap imatur tergantung suhu. Ada hubungan
langsung antara suhu dan perkembangan. Contoh, Nyamuk yang
berkembangbiak di daerah tropik biasanya pada suhu 23-33 o C, siklus hidup
komplit setelah 2 minggu. Hujan yang cukup dapat meningkatkan
perkembangan. Tetapi hujan lebat dan berulang mengakibatkan banjur dan
Sutopo Patria Jati 5
menggelontor tempatperindukan sehingga mengurangi populasi nyamuk. Dapat
hidup di temapt teduh maupun tidak. Sinar langsung mengendalikan malaria ole
A minimus da A dinus.
Faktor Biologis, Tanaman, tempat perindukan. Larva tidak ditemukan di
permukaan badan air yang luas atau air bersih yang dalam (danau, kolam,
sungai dan reservoir). A. gambiae menyukai genangan dangkal dan kolam
buatan bekas hujan. Lingkungan air (tanaman) = larva Aedes menyukai
kontainer kecil.
Pencemaran Air dan Faktor Kimia, A funestus menyukai air bersih dengan
tanaman. A sundaicus menyukai air payau. Culex menyukai air terpolusi berat, a
gambiae menyukai bekas telapak kaki, kolam.
D. Konsep Pengendalian Vektor Terpadu
a. Manajemen Lingkungan untuk Pengendalian Vektor
Merupakan perencanaan, pengorganisasian, perawatan dan pengawasan terhadap
kegiatan dengan memodifikasi dan atau memanipulasi factor lingkungan atau
hubungannya dengan manusia dengan cara mencegah atau mengurangi
perindukan vector dan menurunkan kontak manusia dan vector.
b. Modifikasi Lingkungan
Manajemen lingkungan yang meliputi perubahan fisik secara permanen tehadap
tanah, air, dan tanaman yang ditujukan untuk mencegah, menghilangkan atau
mengurangi habitat vector tanpa menyebabkan dampak yang merugikan kualitas
lingkungan.
Meliputi : drainase, pengisian/penimbunan, peninggian tanah, perubahan dan
batas pinggir kolam. Biasanya secara permanen dan alamiah, operasi yang
handal dan adekuat.
c. Manipulasi Lingkungan
Merupakan bentuk manajemen lingkungan yang meliputi beberapa kegiatan
berulang yang direncanakan ditujukan dengan menghasilkan kondisi sementara
yang tidak disukai untk perkembangbiakan vector pada habitatnya.
Contoh : Perubahan salinitas, penggelontoran arus air, pengaturan ketinggian
reservoir, pengeringan atau penggenangan kubangan, penghilangan vegetasi,
melindungi atau memaparkan terhadap sinar matahari.
d. Modifikasi atau Manipulasi Kebiasaan dan Perilaku Manusia
Manajemen lingkungan yang bertujuan menurunkan kontak manusia dengan
vector.
Contoh : tempat tinggal jauh dari sumber vector, melindungi rumah dari
nyamuk, memakai pelindung diri dan hygiene, instalasi penyediaan air bersih,
pembuangan air limbah dan ekskreta, pencucian, mandi, zoopropilaksis,
penempatan kandang yang strategis.
Sutopo Patria Jati 6
Daftar Pustaka
1. H.J. Mukono, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Airlangga University Press,
Surabaya, 2000.
2. Kumpulan Undang-Undang Lingkungan Hidup tahun 1997-2002, Bapedal,
Jakarta, 2002.
3. Slamet, J.S, Kesehatan Lingkungan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta,
2002.
4. UU No. 23 Tahun 1997, Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta, 1997.

Tidak ada komentar: