Selasa, 21 Desember 2010

penggunaan antibiotik yang bijak

Obat antibiotik adalah bahan yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan atau menhancurkan kehidupan mikroorganisme, dalam hal ini adalah bakteri. Dalam dunia kesehatan, obat antibiotik digunakan untuk menghentikan infeksi bakteri di dalam tubuh manusia. Obat antibiotik terdiri dari banyak golongan yang dibagi lagi menjadi banyak jenis dengan cara kerja berbagai macam.
Di seluruh dunia, obat antibiotik tergolong sebagai obat keras yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter, sehingga pembelian & penggunaan obat antibiotik tanpa resep dokter adalah suatu langkah yang salah, karena penggunaan obat antibiotik yang tidak tepat/rasional dapat menimbulkan berbagai bahaya bagi penggunanya.
Penggunaan obat antibiotik yang tidak rasional/tepat adalah:
- Dosis atau lama pemakaian yang tidak sesuai standar pengobatan
- Indikasi pengobatan yang salah
- Tidak diresepkan oleh dokter
- Penggunaan yang terlalu sering.
Hal ini, selain berbahaya bagi penggunanya, juga dapat menimbulkan kekebalan (resistensi) bakteri terhadap obat antibiotik tersebut, sehingga obat antibiotik tersebut tidak bisa digunakan kembali (tidak mempan) untuk infeksi bakteri yang sama.Untuk tuntas dalam mengatasi infeksi yang diakibatkan oleh bakteri & mencegah bakteri kebal terhadap antibiotik yang digunakan, maka dokter meresepkan obat antibiotik sesuai dengan standar pengobatan yang ada.
Dampak negative dari pengunaan anti biotik terlalu banyak: gangguan fungsi detoksifikasi pada hati, gangguan pembuangan sisa obat lewat ginjal,gangguan fungsi ginjal dan pendengaran.
Amoxan adalah merek antibiotik dari jenis amoksisilin, tepatnya amoxicillin atau amoxycillin. Antibiotik adalah jenis obat yang fungsinya membunuh bakteri atau memperlambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik merupakan salah satu kelas dari jenis obat dari grup yang lebih besar yang disebut antimikroba, jenis obat lain yang termasuk grup ini adalah seperti anti-viral, anti-fungal, dan anti-parasitic.
Antibiotik pertama kali yang ditemukan adalah penisilin oleh Ernest Duchesne, namun beberapa tahun kemudian Duchesne meninggal dunia dan penemuannya hampir dilupakan orang dan kemudian Alexander Flemming menemukan obat yang sama melalui metoda percobaan yang berbeda. Nama penisilin diambil dari nama genus jamur yang membunuh bakteri tersebut.
Hak paten amoksilin sudah habis dan kini banyak merek dagang amoksilin seperti Actimoxi®, Amoxibiotic®, Amoxicilina®, Pamoxicillin®, Lamoxy®, Polymox®, Trimox® dan Zimox®. Entah merek Amoxan yang saya beli mengambil merek dagang yang mana, atau mungkin sudah termasuk merek dagang selain yang saya temukan di atas.
Kini saya harus bersiap-siap dengan efek samping yang mungkin timbul dan tanpa perlu atensi medis yang berlebihan karena antibiotik seperti diare (yaiks!), sakit kepala, hilang selera makan, mules-mules nausea dan kentut-kentut. Semoga tidak mendapat efek samping yang harus mendapatkan atensi medis seperti:
* sulit bernapas
* sakit ketika menelan
* sulit kencing
* kejang-kejang
* pusing-pusing (dizziness)
* merasa kedinginan
* rasa haus bertambah besar
* mata atau kulit menjadi kuning

Penggunaan antibiotik berlebihan hanya akan memberi dampak negatif kepada pasien karena kuman yang menyerang akan resisten terhadap antibiotik tersebut. Dengan kata lain, tubuh tidak lagi punya kekebalan sendiri, melainkan harus dibantu oleh antibiotik. Kadar antibiotik juga harus selalu dinaikkan untuk bisa melewati level resistansi kuman tersebut. Walaupun penelitian tentang antibiotik sudah sedemikian berkembang, kekhawatiran terhadap resistensi tersebut belum sepenuhnya lenyap. Pun, penggunaan antibiotik secara sembarangan akan membunuh bakteri-bakteri baik yang berfungsi mempertahankan keseimbangan sekaligus melawan bakteri-bakteri jahat.
Berikut hal-hal yang mesti Anda perhatikan ketika Anda harus mengonsumsi antibiotik.
• Obat antibiotik hanya dikonsumsi bila ada indikasi sehingga Anda sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Bisa saja, indikasi yang Anda alami bukan disebabkan oleh infeksi bakteri.
• Bila mengonsumsi antibiotik, minumlah obat tersebut sesuai dengan resep dokter sampai Anda sembuh. Berhenti mengonsumsinya di saat Anda belum sembuh hanya akan membuat bakteri-bakteri yang masih hidup menjadi resisten.
• Karena sifat antibakteri antara satu jenis antibiotik berbeda dengan antibiotik lainnya, maka obat antibiotik yang diresepkan sebaiknya digunakan sesuai keperluan saja. Bila ternyata mengalami suatu indikasi, jangan konsumsi obat antibiotik sisa penyakit sebelumnya. Penyakit Anda sekarang belum tentu sama dengan penyakit Anda sebelumnya.
Karakteristik obat antibiotik adalah diresepkan pada saat tubuh sudah terinfeksi oleh bakteri. Apakah itu berarti tidak ada antibiotik yang dapat dikonsumsi sebelum terkena infeksi? Dengan kata lain, sebagai pencegahan terhadap serangan bakteri-bakteri jahat?

Anda dapat menemukan sifat antibiotik itu pada produk HD Bee Propolis. HD Bee Propolis adalah suplemen kesehatan yang meningkatkan sistem pertahanan tubuh secara alami, tidak melemahkannya seperti yang dilakukan oleh obat antibiotik.
Kualitas produk tersebut dimungkinkan oleh kandungan bee propolis alami yang telah terbukti ilmiah mampu bekerja sebagai antibiotik alami, anti-oksidan kuat, dan antimikroba ampuh. Bee propolis adalah pelindung sarang lebah sehingga sarang, koloni telur, dan larvanya tetap steril dan terhindar dari penyakit.
Selain untuk pencegahan, konsumsi HD Bee Propolis bersamaan dengan resep dokter akan mempercepat proses penyembuhan Anda.
Prinsip Antibiotik
Seorang daokter tidak boleh sembarangan merekomendasikan antibiotik, tapi harus melihat benar infeksi pada tubuh pasien. Prinsip pengobatan antibiotik memiliki dua pertimbangan utama, yaitu penyebab infeksi dan faktor pasien. Pertimbangan penyebab infeksi, dilihat pada pemberian antibiotik yang paling ideal adalah melakukan pemeriksaan mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Jadi dokter harus memilih antibiotik berdasar jenis dan kepekaan kuman.
Namun dalam prakteknya, dokter tidak mungkin melakukan pemeriksaan mikrobiologis pada setiap pasien. Berbeda halnya untuk pasien yang sakit berat dan membutuhkan penanganan segera, pemberian antibiotik perlu dilakukan dengan sebelumnya memeriksa kepekaan kuman.
Pertimbangan kedua, dilihat faktor pasiendengan memperhatikan fungsi ginjal, hati, riwayat alergi pasien, daya tahan terhadap infeksi, daya tahan obat, beratnya infeksi, usia, serta memperhatikan kondisi wanita yang sedang hamil atau menyusui. Mengetahui kondisi pasien dengan benar dapat mempermudah pemberian antibiotik sehingga penyakit cepat sembuh. Selain itu, pasien juga harus memberi informasi yang benar pada dokter tentang kepekaan tubuhnya terhadap antibiotik.
Sesuai dengan kondisi pasien, antibiotik yang diberikan bedasarkan klasifikasi antibiotik yang lazim digunakan adalah penisilin, sefaloszporin dan antibiotik betalaktamlain, tetrasiklin, aminoglikosida, makrolid, kuinolon, sulfonamid dan trimetoprim. Masing-masing antibiotik ini melawan infeksi sesuai dengan kuman penyebabnya.
Untuk mengetahui cara kerja antibiotik, terlebih dulu perlu mengetahui bahwa ada dua jenis kuman yang menyebabkan penyakit, yaitu bakteri dan virus. Bakteri menyebabkan penyakit dengan menyerang manusia sehat berkembang biak dalam proses perkembangan tubuh. Antibiotik efektif melawan bakteri karena dia bekerja untuk menghentikan perkembangbiakannya. Berbeda dengan virus yang tidak hidup dan tidak mampu berkembang biak, tidak bisa diatasi dengan antibiotik.
Menurut badan POM, mekanisme kerja antibiotik tergantung jenis antibiotiknya. Contohnya, penisilin dan sefalosporin menghambat pembentukan dinding sel bakteri. Polimiksin bekerja secara langsung pada membran mikroorganisme sehingga mempengaruhi dan menyebabkan kebocoran isi sel mikroorganisme. Selain itu mampu menghambat protein sel, yang dapat dilakukan kloramfenikol dan tetrasiklin. Sedangkan golongan aminoglikosida mempengaruhi protein sel sehingga meyebabkan matinya sel. Golongan kuinolon mempengaruhi metabolisme asam nukleat.
Resistensi Kuman
Agar pengunaan antibiotik memberikan hasil yang maksimal dan tidak terjadi resistensi kuman, antibiotik yang digunakan harus sesuai dengan anjuran WHO. Yaitu antibiotik harus diberikan berdasarkan diagnosis dan dosis yang tepat. Selain itu, interval pemberian antibiotik harus optimum, artinya antibiotik diberikan dalam jangka waktu yang tepat. Ditambah lagi dengan cara pemberian antibiotik harus yang terbaik.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan resistensi kuman sehingga infeksi yang terjadi pada penderita tidak dapat diatasi oleh antibiotik. Pemakaian yang tidak tepat biasanya disebabkan karena antibiotik bisa dibeli bebas, ketidaktahuan pemakai, dan antibiotik tidak dipakai sampai tuntas. Resistensi karena penngunaan antibiotik yang tidak memadai, tidak rasional atau berlebihan terjadi akibat mutasi kuman sehingga terjadi kekebalan kuman terhadap antibiotik. Akibatnya, obat tidak banyak manfaatnya lagi untuk membasmi kuman.
Kuman-kuman yang resisten sulit diobati dengan antibiotik biasa. Malah bisa mengakibatkan infeksi perut, infeksi saluran kemih, juga infeksi luka operasi. Untuk menghindari resistensi kuman, pengunaan antibiotik perlu mendapat perhatian serius. Saat mengkonsumsi antibiotik, ada hal yang harus diperhatikan selama minum obat tergantung pada jenis antibiotiknya. Contohnya, pada penggunaan bersamaan dengan makanan, ampisilin harus diminum 30 menit sebelum makan, karena penggunaan obat bersamaan dengan makanan akan berpengaruh pada penyerapan obat.

Contih lain, untuk antibiotik golongan kuinolon secara umum tidak boleh diberikan pada anak di bawah usia 18 tahun karena hasil penelitian menggunakan hewan percobaan terlihat adanya gangguan pada sendi penunjang berat badan. Selain itu, golongan kuinolon tidak boleh digunakan wanita hamil karena hasil penelitian menggunakan hewan percobaan juga terlihat adanya ganguan pada sendi penunjang berat badan. Golongan aminoglikosida juga tidak boleh dikonsumsi wanita hamil karena dapat menyebabkan kerusakan saraf tertentu.
Efek samping
Antibiotik tidak boleh terlalu sering digunakan. Karena dapat mengganggu keseimbangan bakteri di dalam tubuh. Bakteri ada yang baik sifatnya, yang ada di dalam usus untuk membantu proses pencernaan. Jika kuman baik ini juga dibasmi, maka tubuh justru mudah terserang penyakit lain seperti penyakit jamur. Apalagi jika terjadi resistensi kuman, yang membuat kuman jahat bisa beradaptasi dengan antibiotik, sehingga tidak ada yang bisa melawan kuman ini.
Antibiotik dapat menyebabkan reaksi alergi atau hipersensitif. Syok setelah penyuntikan antibiotik juga mungkin terjadi, karena tidak tahan terhadap antibiotik. Reaksi ini bisa menyebabkan timbulnya gatal-gatal, mual, bahkan pingsan.
Adanya istilah antibiotik keras di masyarakat sebenarnya merupakan antibiotik cadangan jika antibiotik lain sudah tidak memberi respon yang memadai. Biasanya, semakin ampuh antibiotik, semakin keras pula efek sampingnya. Kebiasaan selalu bergantung pada antibiotik baik ringan maupun keras ini yang harus diperhatikan, karena resistensi kuman harus dijaga serendah mungkin.
Jadi, sebaiknya jangan terlalu mudah menggunakan antibiotik jika penyakit yang diderita ringan-ringan saja. Gunakanlah pada saat yang tepat, yaitu ketika infeksi terjadi dan tubuh sedang lemah. Peran antibiotik bermanfaat karena mengirim zat anti dari luar. Antibiotik harus digunakan berdasar pola kuman dan pola resistensi.
Kini pemerintah terus meningkatkan akses obat generik termasuk antibiotik. Untuk menjamin khasiat, keamanan, dan mutu obat, Badan POM selalu melakukan kegiatan penilaian obat sebelum beredar di masyarakat.

Tidak ada komentar: