Sabtu, 15 Mei 2010

DISTOSIA




KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan YME sehingga tugas Keperawatan Maternitas mengenai Asuhan keperawatan intranatal dengan resiko tinggi distosia dapat kami selesaikan.Makalah ini kami susun dan kami sajikan dari beberapa sumber agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan tentang kesehatan Asuhan keperawatan intranatal dengan resiko tinggi distosia.Sebagaimana layaknya manusia biasa, yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan,penulis menyadari bahwa makalah ini begitu jauh dari kesempurnaan.Dengan ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.Tidak luput penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen yang menyajikan materi ”Keperawatan maternitas”.

Akhir kata penulis dengan segala kerendahan hati, mempersembahkan makalah ini dengan harapan dapat bermanfaat bagi kita semua dan bagi penulis sendiri,semoga Tuhan YME senantiasa melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua, Amin.

Makassar, Maret 2010

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata pengantar ..................................................................................................................

Daftar isi .............................................................................................................................

BAB I.PENDAHULUAN

BAB II.KONSEP DASAR ...................................................................................................

a. Pengertian .......................................................................................................

b. Etiologi ..............................................................................................................

c. Patofisiologi .....................................................................................................

d. Manifestasi klinik................................................................................................

e. Penatalaksanaan ...............................................................................................

BAB III.KONSEP DASAR KEPERAWATAN

- Pengkajian ........................................................................................................

- Diagnosa ...........................................................................................................

- Intervensi …………………………………………………………………………….

- implementasi.....................................................................................................

- Evaluasi ………………………………………………………………………………

BAB IV.PENUTUP .............................................................................................................

- Kesimpulan .......................................................................................................

- Saran ................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN



Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor ”P” utama yaitu kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger). Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu ), penolong saat bersalin, dan posisi ibu saat persalinan. Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor "P" tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor “P” ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan. Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut distosia.
Salah satu penyebab dari distosia karena adalah kelainan jalan lahir lunak seperti vulva, vagina, serviks dan uterus. Distosia berpengaruh buruk bagi ibu maupun janin. Pengenalan dini dan penanganan tepat akan menentukan prognosis ibu dan janin.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu distosia,apa yang menyebabkan distosia,bagaimana penanganannya,bagaimana asuhan keperawatan pada distosia yang nantinya dapat bermanfaat bagi perawat.

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian Distosia

Distosia atau persalinan disfungsional didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan 5 faktor persalinan. Adapun keadaan yang dapat menyebabkan distosia :

1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau

akibat upaya mengedan ibu ( Kekuatan/ Power)

2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir/ passage)

3. Sebab- sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi maupun kelainan posisi, bayi besar dan jumlah bayi ( passanger )

4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.

5. Respon psikologis ibu selama persalinan yang berhubungan dengan pengalaman, persiapan, budaya dan warisannya, serta sistem pendukung. Kelima faktor ini bersifat interdependen. Dalam mengkaji pola persalinan abnormal wanita, seorang tenaga medis harus mempertimbangkan interaksi kelima faktor ini dan bagaimana kelima faktor tersebut mempengaruhi proses persalinan. Distosia diduga terjadi jika kecepatan dilatasi serviks, penurunan dan pengeluaran (ekspulsi) janin tidak menunjukan kemajuan, atau jika karakteristik kontraksi uterus menunjukan perubahan.

B. Penyebab distosia

Distosia dapat disebabkan karena:

· Kelainan his ( his hipotonik dan his hipertonik )

a. Inersia uteri hipotonik

Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik.Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif, maupun pada kala pengeluaran.
Inertia uteri hipotonik terbagi dua, yaitu :

1. Inersia uteri primer

Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat ( kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan ), sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartus atau belum.

2. Inersia uteri sekunder

Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.

b. Inersia uteri hipertonik

Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai

melebihi normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar.Disebut juga sebagai incoordinate uterine action. Contoh misalnya “tetania uteri” karena obat uterotonika yang berlebihan.Pasien merasa kesakitan karena his yang kuat dan berlangsung hampir terus-menerus. Pada janin dapat terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter.Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini antara lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin yang berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan sebagainya.

· Kelainan besar anak

· Bentuk anak ( hidrocefalus, kembar siam, prolaps tali pusat )

a. Hidrocefalus,yaitu pembesaran pada kepala bayi akibat cairan cerebrospinal berlebih

b. Kembar siam yaitu kembar yang berupa adanya penyatuan anggota badan pada bayi kembar

c. Prolaps tali pusar

Yaitu tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin setelah ketuban pecah. Bila ketuban belum pecah disebut tali pusat terdepan.Pada keadaan prolaps tali pusat ( tali pusat menumbung ) timbul bahaya besar, tali pusat terjepit pada waktu bagian janin turun dalam panggul sehingga menyebabkan asfiksia pada janin.Prolaps tali pusat mudah terjadi bila pada waktu ketuban pecah bagian terdepan janin masih berada di atas PAP dan tidak seluruhnya menutup seperti yang terjadi pada persalinan ; hidramnion, tidak ada keseimbangan antara besar kepala dan panggul, premature, kelainan letak.Diagnosa prolaps tali pusat ditegakkan bila tampak tali pusat keluar dari liang senggama atau bila ada pemeriksaan dalam teraba tali pusat dalam liang senggama atau teraba tali pusat di samping bagian terendah janin.

· Letak anak (letak sungsang, letak melintang )

a. Letak Sungsang

Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus
uteri dan bokong dibawah bagian cavum uteri.

Macam-macam Letak Sungsang :

1.Letak bokong murni ( frank breech )

Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas.

2.Letak sungsang sempurna (complete breech)
Kedua kaki ada disamping bokong dan letak bokong kaki sempurna.

3. Letak sungsang tidak sempurna ( incomplete breech )
Selain bokong sebagian yang terendah adalah kaki atau lutut.

Etiologi Letak Sungsang :

1. Fiksasi kepala pada PAP tidak baik atau tidak ada ; pada panggul sempit, hidrocefalus, anencefalus, placenta previa, tumor.

2. Janin mudah bergerak ; pada hidramnion, multipara, janin kecil (prematur).

3. Gemelli

4. Kelainan uterus ; mioma uteri

5. Janin sudah lama mati

6. Sebab yang tidak diketahui.

b. Letak melintang

· Kelainan jalan lahir

Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada jaringan keras / tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul. Kelainan jalan lahir terdiri atas :

a. Distosia karena kelainan panggul/bagian keras
Dapat berupa :

1. Kelainan bentuk panggul yang tidak normal gynecoid, misalnya panggul jenis Naegele, Rachitis, Scoliosis, Kyphosis, Robert dan lain-lain.

2. Kelainan ukuran panggul.
Panggul sempit (pelvic contaction). Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1 – 2 cm kurang dari ukuran yang normal.

Kesempitan panggul dapat terjadi pada :

1. Kesempitan pintu atas panggul
Inlet dianggap sempit apabila cephalopelvis kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Diagonalis (CD) maka inlet dianggap sempit bila CD kurang dari 11,5 cm.

2. Kesempitan midpelvis

3. Diameter interspinarum 9 cm

4. Kalau diameter transversa ditambah dengan diameter sagitalis posterior kurang dari 13,5 cm.

5. Kesempitan midpelvis hanya dapat dipastikan dengan RO – pelvimetri.

6. Midpelvis contraction dapat member kesulitan sewaktu persalinan sesudah kepala melewati pintu atas panggul.

7. Kesempitan outlet

Diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm.Kesempitan outlet, meskipun mungkin tidak menghalangi lahirnya janin,namun dapat menyebabkan rupture perineal yang hebat. Karena arkus pubissempit, kepala janin terpaksa melalui ruang belakang.

Ukuran rata-rata panggul wanita normal

1. Pintu atas panggul (pelvic inlet) :
Diameter transversal (DT) + 13.5 cm. Conjugata vera (CV) + 12.0 cm.
Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 22.0 cm.

2. Pintu tengah panggul (midpelvis) :
Distansia interspinarum (DI) + 10.5 cm. Diameter anterior posterior (AP) + 11.0 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 20.0 cm.

3. Pintu bawah panggul (pelvic outlet) :
Diameter anterior posterior (AP) + 7.5 cm. Distansia intertuberosum + 10.5 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 16.0 cm.
Bila jumlah rata-rata ukuran pintu-pintu panggul tersebut kurang, maka panggul tersebut kurang sesuai untuk proses persalinan pervaginam spontan.

b. Kelainan jalan lahir lunak
Adalah kelainan serviks uteri, vagina, selaput dara dan keadaan lain pada jalan lahir yang menghalangi lancarnya persalinan.terbagi atas :

1. Distosia Servisis
Adalah terhalangnya kemajuan persalinan disebabkan kelainan pada servik uteri. Walaupun harus normal dan baik, kadang – kadang permukaan servik menjadi macet karena ada kelainan yang menyebabkan servik tidak mau membuka.

Ada 4 jenis kelainan pada serviks uteri :

· Servik kaku (rigid cervix)

· Servik gantung (hanging cervix)

· Servik konglumer (conglumer cervix)

· Edema servik

2.Kelainan selaput darah dan vagina

· Selaput darah yang kaku, tebal
Penanganannya : dilakukan eksisi selaput dara
h (hymen)

· Septa vagina

· Sirkuler

· Anterior - posterior
Penanganan :
- Dilakukan eksisi sedapat mungkin sehingga persalinan berjalan lancar
- Kalau sulit dan terlalu lebar, dianjurkan untuk melakukan section Cesaria

3.Kelainan – kelainan lainnya

· Tumor – tumor jalan lahir lunak : kista vagina ; polip serviks, mioma uteri, dan sebagainya.

· Kandung kemih yang penuh atau batu kandung kemih yang besar.

· Rectum yang penuh skibala atau tumor.

· Kelainan letak serviks yang dijumpai pada multipara dengan perut gantung.

· Ginjal yang turun ke dalam rongga pelvis.

· Kelainan – kelainan bentuk uterus : uterus bikorvus, uterus septus,uterus arkuatus dan sebagainya.

C. Manifestasi klinik

· Dapat dilihat dan diraba,perut terasa membesar kesampimg

· Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan

· Nyeri hebat dan janin sulit untuk dikeluarkan

· Terjadi distensi berlebihan pada uterus

· Dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan dengan letak dada, teraba bagian – bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar lebih jelas pada dada.

D. Penatalaksanaan medis

Fase laten yang memanjang : Selama ketuban masih utuh dan passage serta passanger normal,pasien dengan fase laten memanjang sering mendapat manfaat dari hidrasi dan istirahat terapeutik. Apabila dianggap perlu untuk tidur,morfin(15 mg) dapat memberikan tidur 6-8 jam. Apabila pasien terbangun dari persalinan,diagnosa persalinan palsu dapat ditinjau kembali,berupa perangsangan dengan oksitosin.

Kelainan protraksi : Dapat ditangani dengan penuh harapan,sejauh persalinan mau dan tidak ada bukti disproporsi sevalopelvik,mal presentasi atau fetal distress. Pemberian oksitosin sering bermanfaat pada pasien dengan suatu kontrakti hipotonik.

Kelainan penghentian : Apabila terdapat disproporsi sevalopelvik dianjurkan untuk dilakukan seksio sesarea.perangsangan oksitosin hanya dianjurkan sejauh pelviks memadai untuk dilalui janin dan tidak ada tanda-tanda fetal distress

BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Pengkajian umum

Pengkajian pada riwayat kesehatan masa lalu dan sekarang

Keluhan masa lalu :

· Pengkajian psikologi klien,apakah sering mengalami stres pada saat kehamilan dan bagaimana persiapan dalam menghadapi persalinannya

· Kaji kapan terjadi pecah ketuban

· Tanyakan pada klien gerakan aktif janin dalam 24 jam

Keluhan sekarang:

“ Klien merasa mulas dan nyeri pada pinggang serta telah mengeluarkan air pada vaginanya”

2. Pengkajian pola fungsional

· Aktifitas/istirahat

Melaporkan keletihan,kurang energi,letargi,penurunan penampilan

· Sirkulasi

Tekanan darah dapat meningkat,mungkin menerima magnesium sulfat untu hipertensi karena kehamilan

· Eliminasi

Distensi usus atau kandng kemih yang mungkin menyertai

· Integritas ego

Mungkin sangat cemas dan ketakutan

· Nyeri atau ketidaknyamanan

Mungkin menerima narkotika atau anastesi pada awal proses kehamilan,kontraksi jarang,dengan intensitas ingan sampa sedang,dapat terjadi sebelum awitan persalinan atau sesudah persalinan terjadi,fase laten dapat memanjang,

· Keamanan

Serviks mungkin kaku atau tidak siap,pemerisaan vagina dapat menunjukkan janin dalam malposisi,penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam pada nulipara atau kurang dari 2 cm/jam pada mutipara bahkan tidak ada kemajuan.,dapat mengalami versi eksternal setelah getasi 34 minggu dalam upaya untuk mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala.

· Seksualitas

Dapat primigravida atau grand multipara,uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion,gestasi multipel.janin besar atau grand multiparis.

3. Pengkajian fisik

Pengkajian dapat dilakukan dengan pengkajian Tanda-tanda vital,pada pengkajian fisik tekanan darah,denyut jantung,suhu,pernapasan biasanya meningkat,hal ini dipengaruhi oleh nyeri yang dirasakan oleh klien. Selain itu pengkajian fisik dapat juga dilakukan dengan palpasi yaitu palpasi letak janin dalam kandungan,apakah normal atau malposisi.

4. Prosedur diagnostik

Tes pranatal : dapat memastikan polihidramnion,janin besar atau gestasi multipel

Tes stres kontraksi/tes nonstres : mengkaji kesejahteraan janin

Ultrasound atau pelvimetri sinar X : mengevaluasi arsitektur pelvis,presentase janin,posisi dan formasi

Pengambilan sampel kulit kepala janin : mendeteksi atau mengesampingkan asidosis

B. Diagnosa

1. Cedera,resiko tinggi terhadap maternal(ibu) b/d penurunan tonus otot/pola kontraksi otot,obstruksi mekanis pada penurunan janin,keletihan maternal.

2. Cedera resiko tinggi terhadap janin b/d persalinan lama,malpresentasi janin,hipoksia/asidosis jaringan,abnormalitas pelvis ibu

3. Kekurangan volume cairan b/d status hipermetabolik,muntah,diaforesis hebat,pembatasan masukan oral,diuresis ringan berhubungan dengan pemberian oksitosin

4. Koping individu tidak efektif b/d krisis situasi,kerentanan pribadi,harapan persepsi tidak relistis,ketidakadekuatan sistem pendukung

5. Ketakutan,ansietas b/d persalinan,dan kurang informasi

C. Intervensi

1. Cedera,resiko tinggi terhadap maternal(ibu) b/d penurunan tonus otot/poa kontraksi otot,obstruksi mekanis pada penurunan janin,keletihan maternal.

Tujuan : mencegah adanya resiko cedera pada ibu

Intervensi :

1. Tinjau ulang riwayat persalinan,awitan dan durasi

Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab,kebutuhan pemeriksaan diagnostik dan intervensi yang tepat

2. Catat waktu/jenis obat.hindari pemberian narkotik dan anastesi blok epidural sampai serviks dilatasi 4 cm.

Rasional : sedatif yang diberikan terlalu dini dapat menghambat atau menghentikan persalinan.

3. Evaluasi tingkat keletihan yang menyertai,serta aktifitas dan istirahat,sebelum awitan persalinan

Rasional : kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan disfungsi sekunder,atau mungkin akibat dari persalinan lama

4. Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik

Rasional : disfungsi kontraksi dapat memperlama persalinan,meningkakan resiko komplikasimaternal/janin

5. Catat kondisi serviks.pantau tanda amnionitis.catat peningkatan suhu atau jumlah sel darah putih;catat bau dan rabas vagina

Rasional : serviks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi,menghambat penurunan janin/kemajuan persalinan.terjadi amniositis secara langsung dihubungkan dengan lamanya persalinan sehingga melahirkan harus terjadi dalam 24 jam setelah pecah ketuban.

6. Catat penonjolan,posisi janin dan presentase janin

Rasional : digunakan sebagai indikator dalam mengidentifikasi persalinan yang lama

7. Anjurkan klien berkemih setiap1-2 jam.kaji terhadap penuhan kandung kemih diatas simfisis pubis

Rasional : kandung kemih dapat menghambat aktifitas uterus dan mempengaruhi penurunan janin.

8. Tempatkan klien pada posisirekumben lateral dan anjurkan tirah baring atau ambulasi sesuai toleransi

Rasional : ambulasi dapat membantu kekuatan gravitasi dalam merangsang pola persalinan normal dan dilatasi serviks

9. Bantu dengan persiapan seksio sesaria sesuai indikasi,untuk malposisi,CPD,atau cincin bandl

Rasional : melahirkan seksio sesari segera diindifikasikan untuk cincin bandl untuk distres janin karena CPD

10. Siapkan untuk melahirkan dengan forsep,bila perlu

Rasonal : melahirkan secara forsep dilakukan pada ibu yang lelah berlebihan dan tidak mampu untuk mengedan lagi.

2. Cedera resiko tinggi terhadap janin b/d persalinan lama,malpresentasi janin,hipoksia/asidosis jaringan,abnormalitas pelvis ibu

Tujuan : mncegah adanya resiko cedera pada bayi

Intervensi :

1. Kaji denyut jantung janin secara manual dan elektronik,dan kaji irama jantung janin.

Rasional : bradikardi dan takikardi pada janin dapat disebabkan oleh stres,hipoksia,asidosis,atau sepsis

2. Perhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi melalui kateter tekanan intrauterus bila tersedia

Rasional : tekanan dan kontraksi yang besar dapat menggangu oksigenasi dalam ruang intravilos

3. Perhatikan frekuensi kontaksi uterus. Beri tahu dokter bila frekuensi dua menit atau kurang

Rasional : kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidak memungkinkan oksigenasi adekuat dari ruang intravilous

4. Kaji malposisi denagan menggunakan manuver Leopold dan temuan pemeriksaan internal.tinjau ulang hasil USG

Rasional : menentukan pembaringan janin,posisi,dan persentase dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat disfungsional persalinan

5. Pantau penurunan janin pada jalan lahir dalam hubungannya dengan kolumna vertebralis iskial

Rasional : penurunan jalan lahir merupakan tanda CPD atau malposisi

6. Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban

Rasional : kelebihan cairan amnion yang berlebihan menyebabkan distensi uterus dihubungkan dengan anomali janin

7. Perhatikan bau dan perubahan warna cairan amnion pada pecah ketuban lama. Dapatkan kultur bila temuan abnormal

Rasional : infeksi asenden dan sepsis disertai dengan takikardia dapat terjadi pada pecah ketuban lama

8. Berikan antibiotik pada klien sesuai indikasi

Rasional : mencegah /mengatasi infeksi asenden dan juga akan melindungi janin

9. Siapkan untuk melahirkan pada posisi posterior,bila janin gagal memutar dari oksiput posterior ke anterior

Rasional : melahirkan janin dalam posisi posterior mengakibatkan

insiden lebih tinggi dari laserasi maternal

10. Siapkan untuk kelahiran secara sesaria bila presentasi bokong terjadi

Rasional :untuk menghindari cedera pada kolumna vertebralis bila melahirkan pervagina dari bokong.

3. Kekurangan volume cairan b/d status hipermetabolik,muntah,diaforesis hebat,pembatasan masukan oral,diuresis ringan berhubungan dengan pemberian oksitosin.

Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan,dan bebas dari komplikasi

Intervensi :

1. Pantau masukan dan keluaran cairan

Rasional : untuk membandingkan apakah pemasukan dan pengeluaran seimbang sehingga tidak terjadi dehidrasi

2. Lakukan tes urine untuk mengetahui adanya keton

Rasional : ketidakadekuatan masukan glukosa mengakibatkan

pemecahan lemak dan adanya keton pada urin.

3. Pantau tanda vital. Catat laporan pusing pada perubahan posisi

Rasional : peningkatan frekuensi nadi dan suhu ,dan perubahan tekanan darah ortostatik dapat menandakan penurunan volume sirkulasi

4. Kaji elastisitas kulit

Rasional : kulit yang tidak elastis menandakan terjadi dehidrasi

5. Kaji bibir dan membran mukosa oral dan derajat saliva

Rasional : membran mukosa atau bibir yang kering dan penurunan saliva adalah indikator lanjut dari dehidrasi.

6. Perhatikan respon denyut jantung janin yang abnormal

Rasional : dapat menunjukkan efek dehidrasi maternal dan penurunan perfusi.

7. Berikan masukan cairan adekuat melalui pemberian minuman > 2500 liter

Rasional : mengurangi dehidrasi

8. Berikan cairan secara intravena

Rasional : larutan parenteral mengandung elektrolit dan glukosa dapat memperbaiki atau mencegah ketidakseimbangan maternal dan janin serta apat menurunkan keletihan maternal

9. Tinjau ulang hemoglobin dan hematokrit.

Rasional : peningkatan Ht menunjukkan dehidrasi.

10. Tinjau ulang kadar elektrolit serum dan glukosa serum

Rasional : Kadar elektrolit serum mendeteksi terjadinya

ketidakseimbangan elektrolit ;kadar glukosa serum mendeteksi

hipoglikemia.

4. Koping individu tidak efektif b/d krisis situasi,kerentanan pribadi,harapan persepsi tidak relistis,ketidakadekuatan sistem pendukung

Tujuan :mengungkapkan pemahaman tentang apa yang terjadi,dan menggunakan tehnik koping yang efektif.

Intervensi :

1. Tentukan kemajuan persalinan

Rasional : persalinan yang lama yang berakibat keletihan dapat menurunkan kemampuan klien untuk mengatasi/mengatur kontraksi.

2. Kaji derajat nyeri dalam hubungannya dengan dilatasi/penonjolan

Rasional : peningkatan nyeri bila serviks tidak dilatasi/membuka dapat menandakan terjadinya disfungsi.nyeri hebat menandakan terjadinya aniksia sel-sel uterus

3. Kenali realitas keluhan klien akan nyeri/ketidaknyamanan

Rasional : ketidaknyamanan dan nyeri dapat disalahartikan pada kurangnya kemajuan yang tidak dikenali sebagai masalah disfungsional.

4. Anjurkan klien untuk mengungkapkan nyeri/ketidaknyamanannya dan dengarkan keluhan klien

Rasional : dengan mengungkapkan nyeri/ketidaknyamanannya,dapat menurunkan ketidaknyamanan dan membantu klien rileks dalam mengatsi situasi

5. Tentukan tingkat ansietas klien dan pelatih.

Rasional : ansietas yang berlebihan meningkatkan aktivitas adrenal/pelepasan katekolamin menyebabkan ketidakseimbangan endokrin sehingga menurunkan ketersediaan glukosa untuk sintesis ATP yang diperlukan untuk kontraksi uterus

6. Diskusikan kemungkinan kepulangan klien kerumah sampai mulainya persalinan aktif

Rasional : klien mungkin merasa lebih rileks bila berada dilingkungan yang dikenalnya sehingga mengurangi ansietas pada klien.

7. Berikan kenyamanan berupa pengaturan posisi dan penggunaan relaksasi dan pernapasan

Rasional : relaksasi dan pengaturan posisi dapat menurunkan ansietas yang nantinya dapat berpengaruh pada janinnya.

8. Berikan dorongan pada upaya klien atau pasangan untuk berkencan

Rasional : memperbaiki kesalahan konsep bahwa klien terlalu bereaksi terhadap persalinan

9. Berikan informasi faktual tentang apa yang terjadi

Rasional : dapat membantu reduksi dan meningkatkan koping

10. Perhatikan adanya frustasi

Rasional : frustasi dapat menghambat adanya persalinan.

5. Ketakutan,ansietas b/d ancaman yang akan dirasakn oleh klien/janin dan kurang informasi

Tujuan : mengurangi kecemasan dan menambah pengetahuan klien

Intervensi :

1. Kaji status psikologis dan emosional klien

Rasional : adanya ansietas dan gangguan gangguan emosional klien dapat menghambat kerja sama klien dengan perawat dalam melakukan persalinan

2. Anjurkan pengungkapan perasaan

Rasional : pengungkapan perasaan dapat menugrangi ansietas

3. Dengarkan keterangan klien yang menandakan kehilangan harga diri

Rasional : membantu klien meyakini adanya intervensi untuk membantu proses persalinan adalah refleks negatif pada kemauan dirinya sendiri

4. Anjurkan penggunaan tehnik pernapasan dan latihan relaksasi

Rasional : membantu menurunkan ansietas dan memungkinkan klien untuk berpartisipasi secara aktif

5. Berikan kesempatan kepada klien untuk memberi masukan pada proses pengambilan keputusan

Rasional : dapat meningkatkan rasa kontrol klien meskipun kebanyakan dari apa yang terjadi diluar kontrolnya.

6. Jelaskan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan sehubungan dengan distosia

Rasional : pemahaman yang baik mengenai prosedur atau tindakan dapat mengurangi ansietas

7. Beritahukan mengenai kontraindikasi pemberian oksitosin kepada klien.

Rasionalnya : kecemasan klien berkurang apabila terjadi kontraindikasi oksitosin pada klien

8. Demonstrasikan dan jelaskan penggunaan peralatan

Rasional : pengetahuan dapat menghilangkan kecemasan dan memberi rasa kontrol terhadap situasi

9. Gunakan terminologi positif;hindari penggunaan istilah yang menandakan ketidaknormalan persalinan

Rasional : membantu klien/pasangan menerima situasi tanpa menuduh dirinya sendiri

10. Bila diperlukan kelahiran melalui sesaria,jelaskan prosedur

Rasional : untuk menetukan pilihan klien dan menghindari kecemasan.

D. Implementasi

Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter. Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek American Nurses Association; undang – undang praktik keperawatan negara bagian; dan kebijakan institusi perawatan kesehatan.

E. Evaluasi

Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil – hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila kriteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke dalam siklus apabila kriteria hasil belum tercapai.



BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan

kesulitan yang dinamakan distosia. Salah satu penyebab distosia itu adalah

kelainan pada jalan lahir. Kelainan jalan lahir dapat terjadi di vulva, vagina,

serviks dan uterus. Peran bidan dalam mengangani kasus ini adalah dengan

kolaborasi dan rujukan ke tempat pelayanan kesehatan yang memilki fasilitas

yang lengkap.

B. Saran

Peran bidan dalam menangani kelainan jalan lahir hendaknya dapat

dideteksi secara dini melalui ANC yang berkualitas sehingga tidak ada

keterlambatan dalam merujuk. Dengan adanya ketepatan penanganan bidan

yang segera dan sesuai dengan kewenangan bidan, diharapkan akan menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E. Doengoes dan Mary Frances Moorhouse.2001.Rencana Perawatan Maternal Bayi. Jakarta : EGC

Ralp C. Benson dan Martin L. Pernoll.2008.Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC

Taber Ben-zion.1994. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC

http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/03/askep-distosia-html diunggah 27 maret 2010 jam 19.00

http://hidayat2’s.blogspot.com diunggah 27 maret 2010 jam 19.00

Tidak ada komentar: