ALERGI



ALERGI 


BAB I.
Pendahuluan
a.   Latarbelakang
Di Amerika dilaporkan 2%-2,5% orang dewasa dan 6-8 persen anak-anak dilaporkan terserang alergi.sebuah penelitian di RSCM/FKUI menunjukkan angka penderita asma di Indonesia mencapai 8,2% alergi hidung,dan eksim 2,5-4%.Tingginya angka alergi pada manusia dapat mempengaruhi kualitas hidup.
Alergi termasuk gangguan yang menjadi permasalahan kesehatan.gangguan ini dapat menyerang siapa saja,baik itu anak-anak maupun orang dewasa serta dapat menyerang dapat menyerang organ tanpa terkecuali.Selain itu belakangan terungkap bahwa alergi menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya karena dapat menyebabkan terjadinya gangguan fungsi otak.
          Alergi bersifat herediter atau dapat diturunkan kegenerasi selanjutnya sehingga anak-anak yang salah satu atau kedua orang tuanya mempunyai alergi,kemungkinan akan diturunkan.Hal itu menyebabkan angka kejadian alergi semakin meningkat tiap tahunnya.

b.    Tujuan
          Tujuan pembahasan alergi ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan patofisiologi,etiologi,penanganan dan lain-lain,sehingga alergi dapat dicegah secara dini.




BAB II
KONSEP DASAR

A. Pengertian Alergi
           Alergi merupakan respon sistem imunologis tubuh terhadap substansi asing yang disebut allergen.Alergi adalah rangsangan berlebih terhadap reaksi peradangan yang terjadi sebagai respon terhadap allergen lingkungan spesifik.Reaksi alergi atau disebut juga reaksi hipersensitivitas merupakan manifestasi cedera jaringan yang terjadi akibat interaksi antara antigen dan antibody. Jika tubuh di invasi oleh antigen yang biasanya berupa protein yang dikenali tubuh sebagai benda asing,maka akan terjadi serangkaian peristiwa dengan tujuan untuk membuat penginvasi tersebut tidak berbahaya,menghancurkannya dan kemudian membebaskan tubuh dari benda asing tersebut,namun limfosit bereaksi terhadap antigen maka kerapkali antibody yang dihasilkan.
          Reaksi alergi umum akan terjadi ketika system imun pada seseorang yang rentan bereaksi secara agresif terhadap suatu substansi yang normalnya tidak berbahaya(misalnya:debu,tepung sari gulma).Produksi mediator kimia pada reaksi alergi dapat menimbulkan gejala yang berkisar dari gejala yang ringan hingga gejala yang dapat membawa kematian.
          Orang yang nmengidap alergi membentuk banyak antibodi IgE terhadap allergen.apabila antigen dijumpai oleh antibodi tersebut,maka antibodi akan berespon berlebihan sehingga terjadi degranulasi sel Mast yang luas disertai pelepasan histamin dan berbagai mediator peradangan lainnya.
          Pelbagai bagian dari sistem imun ini harus bekerja bersama untuk memastikan pertahanan yang memadai terhadap para penginvasi (yaitu:virus,bakteri,substansi asing lainnya) tanpa menghancurkan jaringan tubuh sendiri lewat reaksi yang terlampau agresif.


B. Etiologi
             Penyebab alergi ada bermacam-macam,tergantung alergen atau antigen apa yang dapat menyebabkan alergi dapat terjadi,misalnya :
·         Alergi karena makanan dan minuman
·         Obat-obatan
·         Hirupan seperti,debu,serbuk sari,rokok,dan sebagainya
·         Udara(dingin dan panas)
·         Binatang,misalnya bulu kucing,anjing,dan sebagainya
·         Zat-zat kimia
·         Faktor keturunan(genetika)



C. Manifestasi klinik

           Manifestasi klinik pada pasien penderita allergen adalah:

·         Jika terjadi pada kulit ditandai dengan pembengkakan lokal,gataldan kemerahan pada kulit
·         Jika terjadi pada saluran cerna ditandai dengan diare,keram abdomen,mual,dan muntah
·         Jika terjadi pada saluran pernapasan,ditandai dengan mata gatal dan pilek encer,terjadi pembengkakan kongestif.kesulitan bernapas akibat konstriksi otot polos bronkiolus pada jalan napas yang dilindungi oleh histamin,batuk,bersin-bersin,sampai terjadi serangan asma.


D. Patofisiologi
      Pada reaksi alergi dilepaskan berbagai zat mediator yang akan menimbulkan gejala klinis.Zat mediator utama dan terpenting adalah histamine yang memiliki efek dilatasi pembuluh darah peningkatan permeabilitas kapiler,iritasi ujung-ujung saraf sensorik dan aktifitas sel-sel kelenjar.
          Secara umum reaksi alergi atau reaksi hipersensitivitas dibagi atas 4 jenis yaitu :
·       Tipe I (Reaksi Anafilaktik)
          Keadaan ini merupakan reaksi alergi seketika dengan reaksi yang dimulai dalam tempo beberapa menit sesudah terjadi kontak dengan antigen.kalau mediator kimia terus dilepaska,reaksi lambat dapat berlanjut selama 24 jam. Reaksi ini diantarai oleh antibodi IgE(reagin) dan bukan oleh antibodi IgG atau IgM. Hipersensitifitas tipe I  memerlukan kontak sebelumnya dengan antigen yang spesifik sehingga terjadi produksi antibodi IgE oleh sel-sel plasma.proses ini berlangsung dalam kelenjar limfe tempat sel-sel T helper membantu menggalakkan reaksi ini.Antibodi IgE akan terikat dengan reseptor membran pada sel-sel Mast yang dijumpai dalam jaringan ikat dan basofil.Pada saat terjadi kontak ulang,antigen akan terikat dengan antibodi IgE didekatnya  dan pengikatan ini mengaktifkan reaksi seluler yang memicu proses degranulasi serta pelepasan mediator kimia. Mediator kimia primer bertanggungjawab atas pelbagai gejala pada hipersensitivitas tipe I karena efeknya pada kulit,paru-paru dan traktus gastrointestinal. Reaksi hipersensitivitas tipe I dapat mencakup anafilaksis lokal dan sistemik.

·       Tipe II (Reaksi Sitotoksik)
          Hipersensitivitas  sitotoksik terjadi kalau sistem kekebalan secara keliru mengenali konstituen tubuh yang normal sebagai benda asing.Reaksi ini mungkin merupakan akibat dari antibodi yang melakukan  reaksi silang dan pada akhirnya dapat menimbulkan kerusakan sel serta jaringan.Hipersensitivitas tipe II meliputi pengikatan antibodi IgG atau IgM dengan antigen yang terikat sel.Akibat pengikatan antigen antibodi berupa pengaktifan rantai kompelemen dan destruksi sel yang menjadi tempat antigen terikat.
           Reaksi hipersensitivitas tipe II terlibat dalam penyakit miastenia gravis dimana tubuh secara keliru menghasilkan antibodi terhadap reseptor normal ujung saraf.

·       Tipe III (Reaksi Kompleks Imun)
           Imun terbentuk ketika antigen terikat dengan antibodi dan dibersihkan dari dalam sirkulasi darah lewat kerja fagositik.kalau kompleks ini bertumpuk dalam jaringan atau endotelium vaskuler terdapat dua buah faktor yang turut menimbulkan cedera,yaitu;peningkatan jumlah kompleks imun yang beredar dan adanya amina vasoaktif.Sebagai akibatnya terjadi peningkatan permeabilitas vaskuler dan cedera jaringan.persendian dan ginjal merupakan organ yang terutama rentan terhadap tipe cedera ini.Pada tipe ini berkaitan dengan sistemik LES,artritis rematoid,serum sickness,tipe tertentu nefritis dan beberapa tipe endokarditis bakterialis.

·       Tipe IV (Reaksi lambat)
          Reaksi ini yang juga dikenal sebagai hipersensitivitas seluler,terjadi 24 hingga 72 jam sesudah kontak dengan allergen.Hipersensitivitas tipe IV diantarai oleh makrofag dan sel-sel T yang sudah tersensitisasi.contoh reaksi ini adalah efek penyuntikan intradermal antigen tuberkulin atau PPD(purified protein derivative).Sel-sel T yang tersensitisasi akan bereaksi dengan antigen didekat tempat penyuntikan.pelepasan limfokin akan menarik,mengaktifkan dan mempertahankan sel-sel makrofag pada tempat tersebut.lisozim yang dilepas oleh sel-sel makrofag akan menimbulkan kerusakan jaringan.Edema dan fibrin merupakan penyebab timbulnya reaksi tuberkulin yang positif. Dermatitis kontak merupakan hipersensitivitas tipe IV  yang terjadi akibat kontak dengan alergen seperti kosmetika,plester,obat-obat tropikal,bahan adiktif  obat dan racun tanaman.Kontak primer akan menimbulkan sensitisasi.Kontak ulang menyebabkan reaksi hipersensitivitas yabg tersusun dari molekul dengan berat molekul rendah atau hapten yang terikat dengan protein atau pembawa dan kemudian diproses oleh sel-sel Langerhans dalam kulit.Gejala yang terjadi mencakup keluhan gatal-gatal,eritema dan lesi yang menonjol.


E. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada pasien alergi umumnya mencakup:

1.     Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah,analisis dilakukan pada sel darah putih (leukosit) khususnya eosonofil dimana jumlah normal eosonofil 1%-3% dari jumlah total sel darah putih,namun jika terjadi reaksi alergi eosonofil meningkat antara 5%-90%.pada eosonofilia sedang antara 15%-40% terjadi pada pasien gangguan alergik disamping malignitas,imunodefesiensi dan sebagainya sedangkan pada eosinofilia berat 50%-90% ditemukan pada sindrom hipereosinofilia idiopatik.


2.    Tes kulit
     Uji kulit membantu mendiagnosis suatu alergi.Sejumlah kecil allergen yang dicurigai disuntikkan kebawah kulit.Penyuntikannya mencakup penyuntikan intradermal atau apliksi superfisial(epikutaneus) yang dilakukan secara bersamaan waktunya pada tempat-tempat yang terpisah dengan menggunakan beberapa jenis larutan,misalnya tepung sari(polen),tes ini bergantung pada korelasinya dengan riwayat alergi,hasil pemeriksaan fisik dan tes laboratorium.Orang yang alergi terhadap alergen tersebut akan bereaksi dengan memperlihatkan eritema yang mencolok,pembengkakan dan gatal ditempat penyuntikan yang menunjukkan sensitivitas terhadap alergen yang sesuai.

3.    Tes provokasi
     Tes provokasi meliputi pemberian langsung allergen pada mukosa respiratorius dengan mengamati respon target organ tersebut.Tipe pengujian ini sangat membantu dalam mengenali allergen yang bermakna secara klinis pada pasien-pasien dengan hasil tes yang positif.Kekurangan yang utama pada tipe pengujian ini adalah keterbatasan satu antigen persesi dan resiko timbulnya gejala yang berat khususnya bronkospasme  pada asma.

4.Tes Radioalergosorben (RAST)
     Tes Radioalergosorben (RAST) merupakan pemeriksaan radioimmunoassay yang mengukur kadar IgE spesifik-allergen.Sampel serum pasien dikenakan dengan sejumlah kompleks partikel allergen yang dicurigai.Jika terdapat antibodi,kompleks ini  akan berikatan dengan allergen yang berlabel-radio aktif.setelah itu pemeriksaan radio-immunoassay akan mendeteksi antibodi IgE yang spesifik allergen disamping untuk mendeteksi sebuah allergen,pemeriksaan RAST juga menunjukkan kuantitas allergen yang diperlukan uNtuk mencetuskan suatu reaksi alergik.Nilainya  ditentukan dengan skala yang berkisar dari 0 hingga 5,jika nilainya lebih dari 2 maka dianggap sebagai nilai yang signifikan.
       Adapun keuntungan utama RAST jika dibandingkan dengan jenis-jenis tes yang lain adalah :
   1. Kurangnya resiko untuk terjadi reaksi sistemik
   2. Stabitlitas antigen
   3. Kurangnya ketergantungan pada reaktivitas kulit yang termodifikasi oleh obat-   obatan.
      Sedangkan kekurangannya :
   1.Terbatasnya pilihan allergen
   2.Kurangnya sensitivitas bila dibbandingkan dengan tes kulit intradermal
   3.Kurangnya hasil-hasil yang sudah tersedia
   4.Biaya yang dikeluarkan maksimal.


F. Pentalaksanaan
Lakukan terapi,dimana terapi terbagi atas dua bagian yaitu :
A.   Secara simptomatis
·         Berikan antihistamin dan obat-obat yang dapat menghambat degranulasi sel Mast sehingga dapat mengurangi alergi.dapat dilakukan secara oral atau secara lokal
·         Berikan kortikosteroid yang dihirup atau sistemik bekerja sebagai obat anti peradangan dan dapat mengurangi gejala suatu alergi.Obat yang mengidap alergi perlu menggunakan obat-obat ini dalam jangka waktun yang cukup lama sebelum obat menjadi efektif.Kortikosteroidinhalasi hanya berefekdisaluran napas dan tidak menimbulkan efek sistemik.
B.    Secara ideal
·         Terapi desenstisisasi,berupa penyuntikan berulang allergen(yang dapat mesensitisasi pasien)dalam jumlah yang yang sangat kecil dapat maendorong pasien membentuk antibodi IgG terhadap allergen.Antibodi ini bekerja sebagai antibodi penghambat(blocking antibody).sewaktu pasien tersebut kembali terpajan ke allergen,maka antibodi penghambat dapat berikatan dengan allergen mendahului antibodi IgE karena pengikatan IgG tidak menyebabkan degranulasi sel Mastyang berlebihan,maka gejala alergi dapat berkurang.
·         Menghindari kontak langsung dengan suatu antigen yang dapat menyebabkan alergi.
·         Lakukan imunoterapi,yaitu indikasi hanya jika hipersensitivitas IgE terlihat pada alergi inhalan yang tidak dapat dihindari oleh pasien(debu rumah,serbuk sari).Dimana tujuannya mencakup penurunan kadar IgE dalam darah,peningkatan tingkat penghambat antibodi IgG dan penurunan sensitivitas sel mediator.


G. Komplikasi
   Komplikasinya berupa reaksi alergi yang hebat,yang dapat menyebabkan anfilaksis.Tanda dan gejala anafilaksis dapat digolongkan menjadi menjadi reaksi sistemik  ringan,sedang dan berat.
·         Ringan
Pada reaksi ini ditandai dengan rasa kesemutan serta hangat pada bagian perifer dan dapat disertai dengan rasa kurang nyaman pada tenggorokan.Terjadikongestinasal,pembengkakan periorbital,pruritus,bersin-bersin dan mata yang berair.

·         Sedang
Pada reaksi sedang ditandai dengan bronkospasme dan edema saluran napas atau laring dengan dispnea,batuk serta mengi.


·         Berat
Pada reaksi berat memiliki onset mendadak dengan tanda-tandadan gejala yang sama pada reaksi sistemik sedang,nanmun pada reaksi berat dapat terjadi sianosis,disfagia(kesulitan menelan),kram abdomen,vomitus,diare dan serangan kejang-kejang serta kadang-kadang dapat terjadi syok kardiovaskuler yang menyebabkan hipoksia,koma bahkan terjadi kematian.



BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Pengkajian
Pengkajian pada pasien alergi dapat dilakukan melalui :

1.  Pengkajian riwayat kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan dilakukan dengan mengkaji tentang riwayat kesehatan pasien melalui anamnesa,pengumpulan data biografi,riwayat keluarga
a.    Data biografi
Data biografi ini berisi : usia,jenis kelamin,ras dan latar belakang etnis,dan lain-lain

b.    Riwayat keluarga
“Apakah ada keluarga yang pernah merasakan alergi seperti yang dirasakan klien”

c.    Riwayat kesehatan masa lalu
·         Riwayat alergi yang dialami,apakah pernah mengalami alergi sebelumnya
·         Apakah klien pernah mengalami asma
·         Apakah klien pernah mengalami alergi pada makanan tertentu atau minuman tertentu,pada obat-obatan,udara,binatang,hirupan
·         Status imunisasi
·         Pekerjaan :lingkungan pekerjaan
·         Sakit tenggorokan          bila sering artinya klien rentan terhadap infeksi

d.    Riwayat kesehatan sekarang
·            Apakah ada lesi pada kulit
·            Adakah pembengkakan dileher,paha atau ketiak
·            Bagaimana pembengkakannya,lembut,keras atau merah
·            Kapan pembengkakan terjadi
·           Sering mengalami gangguan tenggorokan dan penyakit jalan napas atas
·           Apakah mudah timbul bisul/pendarahan yang berlebihan bila terjadi trauma atau gusi
·           Nyeri pada sendi/bengkak,kaku pagi hari  atau nyeri bagian belakang

2.  Pengkajian fisik
·         Tehnik inspeksi dan palpasi penting untuk mengkaji gangguan sistem
·         Kaji penampilan umum klien dengan hubungan dengan usianya.
·         Bila terjadi keluhan kelemahan  dapat berindikasi penyakit kronik/akut atau immunodefesiensi.
·         Kaji tinggi badan,BB,apakah kehilangan berat badan atau kurus
·         Observasi gerakan-gerakan klien,dan catat adanya kekakuan sendi/kesukaran bergerak
·         Catat tanda-tanda vital,kenaikan temperatur dan berindikasi adanya infeksi atau respon inflamasi
·         Kaji warna kulit,temperatur kulit dan kelembaban kulit.pucat atau adanya ikterus dapat berindikasi reaksi hemolitik.pucat dapat berindikasi supresi pada sumsum tulang sehubungandengan immunodefisiency.
·         Inspeksi kulit dan keadaan adanya rash atau lesi,misalnya :petechiae/bisul atau luka,catat lokasi dan distribusi lesi dan rash
·         Inspeksi membrane mukosa pada hidung dan mulut         warna dan kondisi pucat/edema mukosa hidung menunjukkan alergi kronik.
·         Catat adanya petechiae/luka pada mukosa mulut         dapat berindikasi hemolisis/immunodeficiency
·         Inspeksi dan palpasi kelenjar limfe        leher limfadenopathy(bengkak)/kekerasannya palpasi kelenjar pada aksila dan lipatan paha.
·         Pad a pengkajian muskuloskeletal,inspeksi/palpasi sendi adanya kemerahan

3.  Pemeriksaan laboratorium
a.    Pemeriksaan darah
Analisis leukosit,khususnya eosonofil dimana normal leukosit : 4000-10000/mm2 ,sedangkan ketidaknormalan : > 10.000 mm2.Pada eosonofil normalnya :1%-3%,sedangkan ketidaknormalan : 5% - 90%.
b.    Pemeriksaan kulit
Melalui penyuntikan allergen,jika alergi maka timbul kemerahan,peradangan,dan lain-lain pada kulit.
c.    Tes provokasi
Melalui pemberian langsung alergen pada mukosa respiratorius.
d.    Tes radioalergosorbon(RAST)
Melalui pengukuran kadar IgE spesifik-allergen


Diagnosa keperawatan
·         Pola nafas tidak efektif yang sehubungan dengan reaksi alergi
Tujuan : Agar pola napas menjadi efektif
Intervensi :
-       Modifikasi lingkungan yang dapat menimbulkan alergi,misalnya lingkungan yang terpapar dengan debu

Rasional : Dengan memodifikasi resiko terpapar allergen dapat dihindari.
-      Anjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan sering batuk

Rasional : Dengan melakukan tehnik menarik napas sambil batuk dapat merangasang keluarnya mikroorganisme dari tenggorokan,sehingga terjadi pertukaran gas yang berlangsung secara memadai  dan atelktasis dapat dicegah.

-      Klien diberi tahu untuk menjaga pola pernapasan normal melalui pengurangan kontak dengan orang yang menderita ISPA

Rasional : Kontak dengan orang yang menderita penyakit asma dapat menyebabkan sesak,hal ini disebabkan penyakit asma dapat berpindah jika seseorang mengalami gangguan pada pola pernapasan.
          
·         Kecemasan  sehubungan dengan kurang pengetahuan tentang alergi
Tujuan : Mengurangi bahkan menghilangkan kecemasan yang berhubungan dengan alergi.

Intervensi :
-      Beri pengetahuan tentang alergi dan strategi untuk mengendalikan gejala,melalui buku maupun melalui sumber lain serta melalui arahan.

Rasional :  Dengan memberikan pengetahuan mengenai  alergi maka klien dapat mengetahui apa itu alergi dan bagaimana penanganannya.

·         Kekurangan volume cairan sehubungan dengan diare akibat respon hipersensitivitas
Tujuan : mengurangi dehidrasi sehubungan dengan diare akibat respon hiper sensitivitas
Intervensi :
-      Beri asupan cairan setiap 8 jam
Rasional : Pemberian asupan cairan dapat mengimbangi pengeluaran cairan pada saat diare sehingga dehidrasi dapat dicegah
-      Berikan obat diare
Rasional : pemberian obat diare dapat mengurangi diare


·         Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan respon alergi
Tujuan : klien menunjukkan tanda-tanda tidak terjadinya kerusakan integritas kulit


Intervensi :
-      Hindarkan kulit dari hal-hal yang dapat memperparah kerusakan integritas kulit
Rasional : dengan menghindari kulit dari hal-hal yang dapat memperparah kulit maka kulit dapat sembuh secara cepat
-      Anjurkan pasien agar tidak menggosok area yang kemerahan
Rasional : jika kulit digosok pada area yang kemerahan maka kulit akan semakin memerah bahkan dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit
-      Pemberian  obat alergi
Rasional : pemberian obat alergi dapat mengurangi alergi,khususnya pada kulit
 
·         Penurunan curah jantung sehubungan dengan hipoksia
Tujuan : klien menunjukkan tidak adanya sesak napas
Intervensi : pemberian oksigen tambahan melalui nasal canule,ataupun masker
Rasional : pemberian oksigen dapat membantu mengurangi sesak napas yang berhubungan dengan hipoksia atau kekurangan oksigen
           Implementasi : Lakukan intervensi
·         Gangguan citra tubuh sehubungan dengan tubuh respon hipersensitivitas
Tujuan : klien dapat mengekspresikan perasaannya dan mengetahui apa yang dialami serta apa dampaknya
Intervensi  :
-      Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya sehubungan dengan alergi yang diderita
Rasional : Dengan mengekspresikan perasaannya klien merasa bebannya berkurang sehubungan dengan alergi yang dideritannya
-      Diskusikan dengan klien tentang apa yang dialami dan apa dampaknya.
Rasional ; Dengan mengetahui apa yang dialami dan apa dampak alergi bagi klien maka klien tidak merasa cemas jika alergi terjadi lagi sehingga klien dapat menangani alergi tersebut.

·         Kecemasan sehubungan dengan kesulitan bernapas
Tujuan : mengurangi kecemasan sehubungan dengan kesulitan bernafas
Intervensi :  
Ajarkan tehnik relaksasi,bernapas dengan irama lambat,menghentikan pikiran sejenak,imajinasi terbimbing dan melatih diri sendiri dalam melakukan relaksasi dan tehnik napas dalam
Rasional : Dengan mengajarkan teknik relaksasi dan teknik nafas dalam serta imajinasi terbimbing maka kecemasan dapat dikurangi karena klien tidak terlalu berfokus pada alergi yang dideritannya  sehingga kesulitan bernafas pun dikurangi bahkan dihilangkan.

Implementasi
      Pelaksanaan dari intervensi atau perencanaan yang telah direncanakan untuk memperbaiki satus kesehatan individu (klien)

Evaluasi
  Hasil yang diharapkan adalah :
1.     Memperlihatkan pola pernapasan yang normal
a.    Paru-paru bersih pada aulkultasi
b.    Tidak menunjukkan suara pernapasan tambahan(krepitasi,ronkhi,mengi)
c.    Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif
d.    Melaporkan tidak terdapatnya gangguan pernapasan (napas yang pendek,kesulitan pada inspirasi atau ekspirasi)
e.    Mampu melakukan tehnik napas dalam dan relaksasi
2.    Memperlihatkan pengetahuan tentang alergi dan strategi untuk mengendalikan gejala.
a.    Mengenali allergen penyebab jika diketahui
b.    Menyatakan metode untuk menghindari allergen dan cara mengendalikan faktor-faktor pemicu didalam maupun luar rumah.
c.    Menguraikan aktivitas yang mungkin menyebabkan reaksi alergi dan bagaimana keterlibatannya dapat dimaksimalkan tanpa mengaktifkan reaksi alergi tersebut.
3.    Tanda-tanda vital normal
4.    Klien menyatakan tidak terdapatnya gejala anafilaksis(gatal-gatal,mual,diare,bersin-bersin-kesemutan pada bagian perifer,kesulitan menelan,sakit tenggorokan)
5.    Klien mampu mengekspresikan diri dan perasaannya sehubungan dengan  alergi
6.    Klien tidak terlihat cemas,dan mengalami peredaan gannguan rasa nyaman dan beradaptasi dengan ketidaknyamanan karena alergi.
a.    Menghilangkan barang-barang yang menahan debu dari lingkungan
b.    Meminum antihistamin menurut resep dokter turut serta didalam program desensitasi jika dapat dilakukan
c.    Menghindari ruangan yang penuh asap  dan debu atau tempat-tempat yang baru saja disemprot






















BAB IV
PENUTUP
A.  kesimpulan
   Alergi merupakan respon system imunologis tubuh terhadap substansi asing yang disebut allergen.  Penyebab alergi ada bermacam-macam,tergantung alergen atau antigen apa yang dapat menyebabkan alergi dapat terjadi,misalnya :
·         Alergi karena makanan dan minuman
·         Obat-obatan
·         Hirupan seperti,debu,serbuk sari,rokok,dan sebagainya
·         Udara(dingin dan panas)
·         Zat-zat kimia
·         Faktor keturunan(genetika)
·         Binatang,misalnya bulu kucing,anjing,dan sebagainya
Gejala alergi biasanya menyerang kulit,pernapasan,dan sistem pencernaan.reaksi alergi terbagi atas 4 tipe yaitu :
·       Tipe I (Reaksi Anafilaktik)
·         Tipe II (Reaksi Sitotoksik)
·         Tipe III (Reaksi Kompleks Imun)
·         Tipe IV (Reaksi lambat)
   Komplikasi alergi berupa reaksi alergi yang hebat,yang dapat menyebabkan anfilaksis. Penanganannya dapat dilakukan dengan menggunakan konsep keperawatan yaitu: pengkajian,diagnosa,intervensi,implementasi,dan evaluasi sedangkan pada tes laboratorium biasanya melalui tes kulit,tes darah,tesprovokasi,dan tes radioalergosorben(RAST)




B.Saran
   Dalam melakukan proses keperawatan untuk penanganan alergi,sebaiknya ditentukan dulu jenis alergen apa yang menyebabkan seseorang dapat mengalami alergi,agar penanganannya lebih mudah karena setiap alergi memiliki alergen yang berbeda,kemudian tentukan cara penanganannya,misalnya pada debu yang dapat menyebabkan masalah pada pernapasan atau pada makanan yang dapat menyebabkan masalah pada kulit dan pencernaan.